Home » INFO PENDAKIAN » Kisah Pendaki Gunung Arjuno Tersesat dan Masuk Hutan Alam Gaib

Gunung Arjuno

Gunung Arjuno merupakan gunung yang kerap membuat tersesat pendaki yang naik. Terakhir kali seorang pelari lintas alam Mantra Summit Challenge 2022 bernama Yurbianto Basri tersesat selama tiga hari sejak Minggu hingga ditemukan pada Selasa malam. Beberapa faktor mulai dari kelelahan hingga penyebab tak logis menjadi penyebabnya. Cerita mengerikan disampaikan seorang pendaki yang pernah tersesat di Gunung Arjuno.

Menurut cenrita pendaki bernama Dani asal Malang pernah tersesat pada Maret 2019 lalu. Dani mengakui sewaktu tersesat itu ada sejumlah faktor tak wajar yang di luar nalar manusia biasa. Pasalnya ia memasuki dimensi alam lain di dunia tak kasat mata yang dihuni para makhluk gaib.

“Tersesat ya memang nggak wajar berada di dua alam yang dirasakan aku berada di dunia mereka dan di dunia manusia,” ucap Dani ditemui di Posko Pendakian Gunung Arjuno di Lawang setelah berhasil kembali sendiri dengan melakukan orientasi medan.

Lembah Lali Jiwo

Dani menambahkan, awalnya ia tersesat saat mendaki bersama enam orang rekannya di Gunung Arjuno. Saat itu ia mencoba mencari bantuan logistik dan meminta melaporkan ke posko, karena ada temannya yang mengalami insiden terluka saat menuruni puncak Gunung Arjuno. Ia berusaha mengejar dua rombongan pendaki yang sebelumnya didahului saat hendak menuju puncak.

“Ketika kondisi tidak memungkinkan untuk turun mereka tak taruh di persimpangan bebatuan di situ, kami keluarkan semua (logistik), saya turun cari bantuan, tidak ke pos, mengejar ada dua rombongan yang saya salip rombongan terakhir,” ungkap Dani.

Tetapi keanehan muncul, dua rombongan yang dilihatnya ternyata tak ada alias menghilang. Padahal dikatakan Dani dirinya baru beberapa saat melihat rombongan pendaki tersebut. Parahnya lagi saat menyusul mencari bantuan itu tiba-tiba kabut turun menutupi pandangan matanya.

“Kayak kita jalan tiba-tiba itu kayak awal disesatkan di hari Minggu diawali semua dari kabut, kabut menutup pandangan kita. Kabut yang awalnya jarak pandang gelap sedikit demi sedikit berubah jadi kayak hutan. Itu awal mulanya seperti itu,” ujar Dani.

Ironisnya saat tersesat itu Dani tak membawa alat komunikasi atau logistik lainnya. Sebab panik ia meletakkan perbekalan dan tas gunungnya berisikan perbekalan logistik di temannya yang masih berada di atas, usai turun dari puncak. “Jam 12-an jadi turun aku tersesat mulai jam 2 siang. Awal mula tersesat jalan lurus masih nggak banyak hutan, di atas Plewangan jauh, sama kabut tiba-tiba tebal datang dan jarak pandang sudah nggak kelihatan, nggak berpikir untuk balik, atau cari jalan lain itu,” jelasnya.

Keanehan pun muncul, saat tersesat itu Dani melihat beberapa dedaunan tak bergerak sebagaimana mestinya hutan dan tanaman yang tertiup angin. Belum lagi pohon dan tanaman yang tumbuh lebih lebat dan tinggi dibandingkan hutan di dunia nyata. “Tidak bisa bergerak, terus tiba-tiba di lokasi kabut saja. Jadi hilang berubah hutan saja,” ucapnya.

Beberapa pepohonan dan tanaman bahkan baru dilihat Dani. Beberapa pepohonan itu terlihat aneh dan tak seperti pepohonan di dunia nyata. Ia menegaskan, dari segi fisik kehidupan dunia tak kasat mata di Gunung Arjuno berbeda jauh dengan dunia nyata manusia. Dari sisi fisik dedaunan misalnya, dedaunan di dunia tak kasat mata, tak ada pergerakan layaknya dedaunan yang tertiup angin.

Gunung Arjuno

“Pohonnya baru kali itu baru saya lihat, aneh, pohonnya besar-besar, kadang akarnya sampai ke atas. Kalau lihat ke arah matahari sudah nggak kelihatan, kabut pasti. Hutannya di kita bergerak di alam mereka enggak bergerak. Sangat mudah suasana alam berbeda,” tuturnya.

Bahkan Dani menyebutkan, selama ia tersesat itu dirinya hanya menjumpai sinar matahari selama lima jam. Selepas pukul 10.00 WIB, kabut tebal menyelimuti hutan belantara Gunung Arjuno. Seiring dengan itu, keanehan-keanehan tadi biasanya muncul.

“Mulai jam 10 itu sudah mendung kayak sore anget kalau malam gelap. Jam 10 ke atas itu sudah nggak kelihatan lagi pokoknya,” pungkasnya.

Menurut keterangan Dani, setelah mengalami kondisi tersesat, Dani mengatakan bahwa dirinya banyak memanjatkan doa agar diberikan jalan keluar dari kondisi tersebut. Setelah hitungan jam Dani kembali ke alam nyata dan ternyata posisinya sudah berada di punggungan bukit yang bukan merupakan jalur pendakian. Beberapa saat kemudian Dani melihat ada warga lokal yang sedang mencari kayu bakar dan berteriak minta tolong untuk ditunjukkan jalan menuju perkampungan terdekat. Jika tidak salah nama perkampungan tersebut desa Kalianda.

Setelah sampai perkampungan Dani langsung menghubungi orang pos pendakian untuk melakukan evakuasi dan keesokan harinya rombongan dani sudah berhasil sampai ke basecamp Lawang.

jadi pelajaran yang bisa kita ambil disini adalah, kita harus bisa menjaga perkataan dan perbuatan selama kita mendaki gunung. Tidak hanya gunung Arjuno namun gunung yang lainnya pun sama. Semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

 

 

# Share this information with your friends

No comments yet

Please write your comments

Your email will not be published. Fields marked with an asterisk (*) are required.

Your Comment*Your Name* Email Address* Your Website

Contact Us

If you have any questions, please contact us.